Jika kita duduk sejenak dan mengamati
kondisi perkembangan pendidikan yang ada dinegara kita dan lebih
terutama pada hasil belajar dari peserta didik pada berbagai jenjang
pendidikan, maka dapat disayangkan. Mengapa demikian, karena dari
sekian tadik yang tersebar dan menekuni diberbagai jenjang pendidikan
jika dievaluasi hasilnya, maka hampir ¼ % persen dari suatu jenjang
pendidikan yang dapat memperoleh predikat kelulusan yang dikelompokkan
bagus (memuaskan) dan selanjut sebagian itu hanya selesai dengan
kemampuan dibawah rata-rata dari standar yang diharapkan oleh
masing-masing lembaga pendidikan berdasarkan standar nasional. Untuk
mengetahui faktor penyebab turunnya mutu pendidikan yang ada maka
letaknya ternyata pada:
1. Faktor Guru
Dalam hal ini guru harus memiliki peran ganda.Maksudnya guru
harus inovatif, yaitu mencari dan terus mencari hal-hal baru ( current
ivent case ) untuk membekali diri dalam mendayung awal kepada peserta
didik sebagai tumpangannya. Sebagai guru dalam hal ini ibarat seperti
pendayung perahu dan siswa sebagai tumpangannya, sehingga guru harus
mendayung dan guru tersebut mencari metode-metode dan kaidah-kaidah
secara tepat, agar perahu yang didayung segera ke tepi danau atau
sungai. Dimaksudkan oleh penulis adalah guru harus menjadi seorang
model yang baik, agar siswa dapat meniru dan memberikan spirit dengan
gaya pribadinya. Guru diharapkan juga menjadi sumber referensi hidup
(Life Reference sourch) dimana guru minimal mampu menjadi sumber
inspirasi pendidikan dan berusaha selalu menanam budaya membaca dan
berusaha menulis serta mengkaji setiap peristiwa yang berhubungan
dengan profesi dirinya. Adapun beberapa tips atau tugas guru/pengajar
yang harus dilakukan yaitu:
a. Ajari dan melatih siswa untuk bagaimana siswa itu dapat
membaca suatu naskah atau suatu pertanyaan secara sistematis bukan
impulsif. Mengapa demikian? Karena siswa tidak membaca secara
sistematis, maka apa yang dibaca tidak akan dipahami secara baik dan
akhirnya tidak dapat memberi jawaban, kesimpulan serta keputusan yang
pasti(benar). Saya selaku pengajar dalam bidang studi matematika saya
coba hendak memberi contoh berdasarkan hasil pengalaman mengajar
dibawah ini, yaitu tadik selain mengenal dan menghafal model, kami juga
melatih dan mengajarkan bagaimana mereka mengoperasikan mental mereka
kedalam mencari atau memecahkan suatu masalah. Selain diajarkan operasi
mental mereka, juga mengajarkan metode serta kaidah-kaidah yang
berhubungan dengan content materi.
Contoh dalam matematika seperti ini. Saya beri persamaan
linear seperti . Dan bentuk seperti ini banyak guru matematika hanya
memperkenalkan tentang bentuk/model saja, tanpa memperkenalkan atau
menjelaskan maksud yang terkandung pada simbol-simbol persamaan linear
itu, maka hal ini kebanyakan tadik tidak mengetahuinya.
Maka dalam tulisan ini saya berikan usul kita mengajak siswa
bahwa simbol yang kita sebut dengan variabel x itu merupakan mewakili
dari suatu benda atau suatu ide. Saya usul pula kepada pengajar siapun,
jikalau mejelaskan kepada tadik harus mengatakan bahwa jika kita
menulis hal seperti itu membutuhkan waktu dan tempat, sehingga cukup
mewakilkan dengan suatu huruf yang kita sebut dengan variabel/peubah,
agar mereka tidak menghafalkan letak dan susunan serta lambangnya saja,
tetapi terlebih dari itu mereka harus mengetahui makna yang tersirat
dalam lambang-lambang itu. Dengan demikian konsep matematika dapat
dipahami secara benar dan baik oleh tadik.
Misalkan benda itu seperti ini:
1 ikat kangkung tambah 2 ikat kangkung tambah 3 ikat kangkung
Supaya lebih mudah, cukup kita wakilkan kangkung dengan huruf x
Jika ide diatas kami susun secara matematis dengan simbol tertentu, maka susunannya seperti dibawah ini:
1.x + 2.x + 3.x atau X + 2X + 3X dengan keterangan sebagai berikut:
X = Variabel X; X = banyaknya nama jenis ikatan kangkung
1,2,3 = konstanta banyaknya ikatan kangkung.
Contoh lain: Melihat suatu barisan dengan pola dan kaidah tertentu
seperti ini. 1, 2, 4, 8, ... , .....; Maksudnya supaya bagaimana tadik
menemukan solusi dengan cara melibatkan operasi mental. Operasi mental
ini tak dapat berdiri sendiri, namun dalam operasi mental seseorang
harus diawali dengan pola-pola tertentu secara logis dan sistematis
serta digunakan dengan metode-metode tertentu sesuai dengan skop
pembicaraan/pembahasan. Pola diatas dapat dilihat lebih lanjut seperti
ini; 1x2=2, 2x2=4, 2x4=8,....,2x16=32, dst. Selanjut menemukan suatu
ide baru yang disebut dengan mewakili seperti yang kami singgung
diatas. Bentuk ide seperti inilah disebut rumus/formula. Berdasarkan
pola penyelesaian diatas dapat ditetapkan rumus seperti dibawah ini: n
x 2 = ..., n bisa diganti dengan apa saja entah bilangan atau sesuatu
yang lain dengan keterangan jelas serta mempunyai kondisi atau
persyaratan tertentu supaya mempunyai nilai dan arti. Dalam
pemecahan-pemecahan ini peserta didik kerap kali menggunakan
metode-metode tertentu sesuai dengan sifat materi dan dalam hal seperti
ini disebut â?o Algoritma â?o
( W.S.Winkel 16:1987 )
2. Faktor Fasilitas
Faktor fasilitas juga dapat mempengaruhi pembentukan pikiran tadik,
sebab dimana fasilitas yang memadai proses Belajar mengajarpun dapat
berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Sebab kondisi fasilitas
yang dapat membentuk pribadi dalam mengundang motivasi dan minat
belajar semakin meningkat. Fasilitas yang dimaksudkan oleh penulis
disini adalah baik itu sarana maupun prasarana yang ada pada tempat
belajar siswa atau tadik itu sendiri. Misalkan dalam mempelajari IPA
harus ada LAB IPA, dengan tujuan agar mempelajari sesuatu hanya dengan
ceritera atau teori saja sulit dipahami serta sulit dibayangkan
penjelasan guru, maka perlu adanya kegiatan nyata dengan cara
mengekspose benda yang diceritera atau dijelaskan kepada tadik.
Dengan cara mereka melihat, meraba, atau mencium mereka dapat
membayangkan dan menghubungkan pikiran-pikiran yang pernah pelajari
atau pernah melihat sebelumnya dengan benda yang ia melihat sekarang.
Disinilah peserta didik dapat memperoleh pengalaman belajar baru yang
lebih komplite, maka secara tidak langsung proses operasi pembentukan
mental sedang terjadi saat itu juga.
3. Faktor Kesiapan MENTAL Tadik
Selain kedua faktor diatas adapula satu faktor yang sangat mempengaruhi
dalam pembentukan pikiran dengan melibatkan operasi mental, yaitu
faktor kesiapan oleh para warga belajar atau siswa itu sendiri, sebab
perlu diketahui bahwa peserta didik ibarat seperti ember kosong yang
siap diisi air dan metode/pendekatan hanya sebagai corong yang
menghubungkan, serta guru ibarat sebagai mesin penggeraknya.
|